Categories: Teknologi

Atasi Tingginya Harga Pestisida Kimia, Kementan Optimalkan Pestisida Nabati

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini tengah mengoptimalkan Program Gerakan Tani Pro Organik atu Genta Organik. Gerakan ini mendorong petani untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah secara mandiri.

Beberapa inovasi teknologi pun mulai diterapkan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, diantaranya melalui Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) dengan teknologi andalannya Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim (PCI) salah satunya pengunaan pestisida nabati.

Inovasi teknologi pertanian tersebut bisa menjadi andalan dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman serta melestarikan kesuburan tanah sehingga meningkatkan pendapatan dan nilai tambah petani.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mendorong Pemerintah Daerah agar bergotong royong mensukseskan Program Genta Organik dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Menurut Mentan SYL, salah satu cara memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik. Dengan demikian, produksi pertanian bisa ditingkatkan dan pencemaran lingkungan bisa ditekan.

“Jangan pakai pupuk kimia saja, tetapi lebih banyak pupuk organik. Kimia masih mungkin dibutuhkan karena ini berskala ekonomi kan dan beberapa varietas membutuhkan, tetapi kita dahului dengan memberi makan dengan nutrisi dengan organik”, ujar Mentan SYL.

Sejalan dengan hal tersebut, pada acara Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Volume 09, Selasa (28/02/2023) yang dilakukan secara virtual dari Ruang AOR BPPSDMP, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan, penggunaan pestisida dan agrokimia sangat tinggi serta berlebihan tentunya mengakibatkan banyak kerugian. Diantaranya mikroba mati, residu kimia tidak bisa di urai dan naiknya suhu atmosfir bumi.

“Solusi dari kenaikan harga pupuk, pestisida yaitu Genta Organik yang merupakan gerakan dengan memanfaatkan pupuk hayati, pupuk berimbang, pestisida nabati yang ramah lingkungan”, ujar Kabadan Dedi.

Kabadan menjelaskan jika penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan masalah kesehatan tanah pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis.

Berdasarkan sumber potensi tanaman sebagai pestisida alami yang tersedia di Indonesia, maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan pestisida alami untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman padi langkah kerja yang harus dilakukan dalam proses. Bahan-bahan alami potensial tersedia melimpah dan mudah diperoleh di sekitar lingkungan, jelasnya.

Kegiatan pertanian seperti CSA atau PCI menjadi kunci utama keberhasilan SIMURP di Indonesia. Tak hanya bagi meningkatnya produktivitas namun juga membentuk kesadaran para petani untuk cerdas iklim. Pestisida nabati ramah lingkungan merupakan solusi dalam menghadapi perubahan iklim agar para petani tidak bergantung lagi pada pupuk bersubsiidi dan menjadi petani mandiri untuk kesuksesan negeri, tegas Kabadan.

Narasumber Ngobras, M. Sugiannur yang merupakan Penyuluh Pertanian Swadaya BPP Anjir Pasar menjelaskan bagaimana membuat pestisida nabati yang ramah lingkungan, mempunyai pengendali yang luas, serta tidak kalah bersaing dengan pestisida sistetis atau kimia buatan pabrikan.

“Bahan-bahan untuk pembuatan pestisida nabati ini sendiri beraneka ragam yang diambil dari tumbuhan disekitar kita yang disinyalir mempunyai kandungan atau unsur-unsur sebagai pengendali hama maupun penyakit tanaman, seperti daun nimba, daun sirsak, daun serai, tembakau, bawang putih, gadung, akar tuba, lengkuas, jahe dan masih banyak lagi yang lainnya”, jelasnya.

Sugiannur menambahkan untuk membuat pestisida nabati langkah yang dilakukan diantaranya dengan melakukan fermentasi pada ekstrak bahan-bahan pestisida nabati. Selain juga dengan menambahkan satu zat khusus atau bahan khusus yang mempunyai kandungan khusus selain dari pada insektisida, fungisida, bakterisida, yang bersifat organik tetapi juga mempunyai kandungan pelarut bahan yang sangat kuat serta perekat penembus dan perata yang sangat baik.

Dengan penggunaan pestisida nabati memberikan keuntungan ganda/selain menghasilkan produk yang sehat, tanah pun subur tidak tercemar kandungan kimia, imbuhnya. (HV/NF)

redaksi

View Comments

Recent Posts

Bunga Layu Bukan Akhir! Ini Cara Ajaib Hidupkan Kembali

wartanionline.com - Bunga potong bukan sekadar hiasan mereka adalah simbol kemeriahan, keindahan, dan cinta. Tak…

1 hari ago

Sukseskan Swasembada Pangan, Mahasiswa Polbangtan Kementan Gandeng BP Massedi Jalankan Program Oplah

wartanionline.com - Melalui program Praktek Kerja Lapangan (PKL) II, Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa…

5 hari ago

Peserta Famtrip Susuri Sungai Talaga dan Nikmati Tradisi Halmahera Barat

wartanionline.com, Halmahera Barat – Laut membisikkan kisah leluhur, gunung berdiri gagah menjaga bentang tanah, dan…

6 hari ago

Anggur Laut Bukan Buah: Kenali Rasa, Manfaat, dan Potensinya!

wartanionline.com - Saat mendengar kata "anggur," kebanyakan orang langsung membayangkan buah manis berwarna ungu atau…

1 minggu ago

Mentan: Terima Kasih Kepada Petani Dan Seluruh Stakeholders Atas Capaian Spektakuler 4 Juta Ton Cadangan Beras

wartanionline.com, Jakarta – Pemerintah mencatatkan sejarah baru dalam tata kelola pangan nasional. Untuk pertama kalinya…

1 minggu ago

ASUS Vivobook S14: Rekomendasi Laptop AI 2025 untuk Profesional dan Kreator Digital

wartanionline.com - Di tengah derasnya arus transformasi digital, kecepatan dan kualitas bukan lagi sekadar nilai…

1 minggu ago