Peternakan Hewan dapat Memengaruhi Naiknya Gas Rumah Kaca, Ini Faktanya

Dampak industri peternakan hewan terhadap perubahan iklim dan gas rumah kaca. Sektor peternakan memainkan peran penting dalam kehidupan manusia di seluruh dunia.

Selain sebagai sumber makanan, industri peternakan juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian. Namun, kita perlu menyadari bahwa industri ini juga memiliki dampak negatif terhadap perubahan iklim.

Salah satu faktor utama yang memengaruhi intensitas perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh peternakan hewan.

Gas ini, seperti metana dan karbon dioksida, terperangkap di atmosfer dan menyebabkan peningkatan suhu rata-rata Bumi.

Berikut adalah beberapa fakta yang menjelaskan mengapa industri peternakan hewan memiliki dampak hingga berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca:

1. Penggunaan Sumber Daya yang Besar

Industri peternakan memerlukan sumber daya yang besar dalam pengelolaannya. Menurut laporan Sentient Media, perawatan hewan ternak menggunakan lebih banyak air daripada penanaman tanaman seperti kedelai.

Sekitar sepertiga dari total air yang digunakan dalam sektor peternakan digunakan untuk produksi daging sapi, sedangkan 19 persen sisanya digunakan untuk sapi perah dalam produksi susu dan produk olahannya.

Penggunaan air yang besar ini juga dapat menyebabkan polusi air, terutama melalui limbah hewan yang mencemari saluran air setempat.

2. Emisi Metana dari Hewan Ternak

Hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba menghasilkan gas metana selama proses pencernaan mereka.

Saat hewan tersebut mencerna makanannya, terjadi fermentasi enterik di saluran pencernaan mereka.

Proses ini menghasilkan metana yang kemudian dilepaskan ke atmosfer, terutama melalui sendawa hewan.

Metana adalah salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global. Kotoran hewan ternak juga menjadi sumber emisi metana.

3. Deforestasi untuk Lahan Penggembalaan

Industri peternakan juga berkontribusi pada deforestasi yang luas. Lahan penggembalaan hewan ternak sering kali diperluas dengan menebang hutan yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyimpan karbon.

Contohnya terjadi di hutan Amazon yang mengalami penebangan hutan yang parah, dan peternakan hewan menjadi salah satu penyebab utamanya.

Hal ini menyebabkan hilangnya habitat alami dan kerugian ekosistem yang signifikan.

4. Mengonsumsi Daging Bisa Berperan dalam Meningkatkan Gas Rumah Kaca

Banyak orang menganggap daging sebagai salah satu makanan utama yang penting. Namun, mengonsumsi daging sebenarnya berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca di atmosfer.

Menurut Statista, sekitar 132,3 juta ton daging unggas dikonsumsi di seluruh dunia pada tahun 2021, menjadikannya jenis daging yang paling banyak dikonsumsi secara global.

Pengurangan konsumsi daging setidaknya dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.

Dalam laporan Scientific American, jika setiap orang mengurangi konsumsi daging sebanyak 25 persen, ini dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tahunan sebesar satu persen.

5. Peternakan Hewan Menjadi Salah Satu Penyumbang Gas Rumah Kaca

Sektor peternakan mempengaruhi perubahan iklim melalui dua mekanisme, yaitu emisi metana yang dihasilkan oleh hewan ternak dan deforestasi karena pengubahan lahan menjadi padang penggembalaan.

Daging sapi merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, diikuti oleh domba dan unggas lainnya.

Dampak peternakan terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca bervariasi.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikutip oleh BBC, sekitar 14% dari total emisi gas rumah kaca berasal dari sektor peternakan, mulai dari produksi, pengelolaan, hingga konsumsi.

Namun, konsep peternakan berkelanjutan semakin berkembang akhir-akhir ini. Setidaknya, hal ini dapat mengurangi kontribusi industri peternakan terhadap peningkatan gas rumah kaca di atmosfer Bumi.

Komentar