wartanionline.com – Musim hujan yang tidak menentu kembali menjadi momok bagi para petani di berbagai daerah Indonesia. Curah hujan yang datang tidak sesuai pola biasanya membuat jadwal tanam dan panen terganggu. Jika kondisi ini terus berlanjut, ancaman paceklik atau kekurangan hasil panen bisa kembali menghantui sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.

Pola Cuaca yang Kian Sulit Diprediksi

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena perubahan iklim membuat musim hujan dan kemarau tak lagi bisa ditebak. Hujan deras bisa turun di bulan yang biasanya kering, sementara kekeringan melanda saat seharusnya sawah-sawah mulai tergenang air. Akibatnya, banyak petani kesulitan menentukan waktu tanam yang tepat.

“Dulu, kami tahu kapan mulai menanam. Sekarang, hujan bisa datang seminggu, lalu berhenti lama. Tanaman jadi banyak yang gagal tumbuh,” keluh seorang petani di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Risiko Gagal Panen Meningkat

Hujan yang tak stabil bukan hanya mengacaukan jadwal tanam, tapi juga menimbulkan berbagai penyakit tanaman, seperti busuk akar, jamur daun, hingga hama yang berkembang pesat karena kelembapan tinggi. Di sisi lain, jika hujan mendadak berhenti, lahan yang sudah tergenang bisa mengering sebelum padi sempat tumbuh sempurna. Kondisi ekstrem seperti ini menyebabkan produktivitas menurun tajam.

Kementerian Pertanian bahkan mencatat, pada beberapa wilayah sentra produksi padi, potensi gagal panen bisa meningkat hingga 20–30 persen bila curah hujan terus berfluktuasi tanpa pola jelas.