JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar selain Amerika Serikat, China, dan India. Sebagai negara tropis, Indonesia pun dikaruniai sumber daya alam melimpah.
Melihat fakta itu, ujarnya, yang paling tersedia bagi bangsa ini yaitu pertanian. “Menurut saya paling tersedia adalah pertanian. Pertanian bukan hanya soal makanan untuk kesehatan, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan,” tutur Syahrul beberapa waktu lalu.
Menurutnya, sektor pertanian menjanjikan bagi generasi milenial. Banyak peluang yang bisa dimanfaatkan.
“Bahkan saya ingin katakan kalau kau mau tidak miskin bertanilah. Bertani itu pasti hebat menjadi petani milenial pasti keren,” tutur Mentan.
Syahrul menegaskan, paradigma generasi milenial harus diubah terkait pertanian. Ia menjelaskan, pertanian bukan sesuatu yang miskin dan kotor. Maka demi mengubah paradigma tersebut, Kementan menargetkan 2,5 juta petani milenial bisa masuk dalam ekosistem pertanian.
“Di Kementan, yang pertama memang harus membangun konsepsi dalam 5 tahun ini harus 2,5 juta petani milenial yang sudah masuk di Kementan. Yang kita lakukan sekarang sudah 1 juta lebih, semua yang sudah dilatih,” ujar Mentan.
Hanya saja, kata Syahrul, Kementan tidak bisa berdiri sendiri, melainkan butuh dukungan dari berbagai pihak baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Salah satu bentuk dukungan untuk mewujudkan 2,5 juta petani millenial tersebut adalah Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS).
Program ini merupakan kerjasama antara Kementan dalam hal ini Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang dikhususkan bagi pemuda dipedesaan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan kemampuan mereka di bidang pertanian. Sekitar US$ 55,3 juta dollar digelontorkan IFAD bagi Program YESS selama enam tahun berjalan [2019- 2025]
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengatakan ada dua kunci utama dalam pelaksanaan program YESS.
“Pertama, program YESS hadir untuk meningkatkan kapasitas pemuda di perdesaan melalui pendidikan dan pelatihan untuk menjadi agen pembangunan pertanian. Kedua, sasaran dari program YESS, yakni pemuda harus memiliki jiwa kewirausahaan dari hulu sampai hilir,” kata Dedi.
Memastikan kemajuan program YESS IFAD, Alvaro Lario akan melakukan kunjungan ke Indonesia pada tanggal 14-16 November 2022. Kehadiran Alvaro Lario ini bertujuan untuk mengunjungi project kerjasama dengan pemerintah Indonesia yang didanai oleh IFAD. Dua Project yang akan dikunjungi oleh pria berkebangsaan Spanyol ini adalah YESS Programme dan UPLAND yang merupakan project kerjasama dengan Kementerian Pertanian.
Adapun lokasi yang akan dikunjungi adalah Kabupaten Subang, Jawa Barat. Presiden IFAD akan melakukan kunjungan ke Balai Besar Tanaman Padi (BB Padi) dan P4S Brahman Sejahtera yang merupakan lokasi pemagangan penerima manfaat (PM) Program YESS serta beberapa lokasi penerima manfaat program YESS lainnya.
Direktur program YESS yang juga Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Idha Widi Arsanti mengapresiasi rencana kunjungan Presiden IFAD ke Indonesia.
Suatu kehormatan bagi program yess menerima kunjungan president ifad dan merupakan motivasi yang luar biasa utk penerima manfaat dan manajemen
“Ini merupakan suatu kerhormatan bagi Indonesia khususnya program YESS, dan merupakan motivasi yang luar biasa untuk penerima manfaat dari manajemen. Tentunya bukan tanpa alasan bila Presiden IFAD memilih Indonesia dan program menjadi salah satu tujuan kunjungannya. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan, kita tunjukan bahwa program YESS sudah menunjukkan progress program YESS”, papar Santi.
Ia pun mengatakan akan mempertemukan dengan perwakilan penerima manfaat program YESS tak hanya yang berada di Jawa Barat tetapi juga perwakilan dari Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur.
“Harapannya program YESS bisa menjadi succes story pemberdayaan generasi muda pertanian perdesaan di dunia dan direplikasi di negara- negara lainnya, dalam rangka menjawab tantangan regenerasi petani”, tutup Santi.
Komentar