“Konten audiovisual sebagai sarana pendukung bahan ajar ini harus dapat bermakna ideologis yang bukan hanya sekedar menarik tapi berisi dengan tujuan menggelorakan nasionalisme, membakar rasa cinta tanah air, dan komitmen terhadap ideologi bangsa yaitu Pancasila,” tuturnya.
Oleh karena itu, tegas Benny, menyatakan bahwa janganlah nilai Pancasila direduksi hanya sebagai Indoktrinasi dengan sekedar menghapal kalimat demi kalimat, pasal, butir dan template profil pelajar pancasila semata, hendaknya dalam buku dan audiovisual pendukung bahan ajar ini dapat dimasukkan nilai nilai universal yang aplikatif hingga para peserta didik terbiasa untuk menanamkan nilai nilai pancasila yang sederhana namun nyata dalam kehidupan sehari-hari hingga pembatinan nilai pancasila kepada anak-anak yang menjadi tujuan dari materi bahan ajar ini dapat tercapai dengan baik.
“Hal sederhana namun menarik ini selanjutnya dapat direpresentasikan dalam Karakter atau tokoh yang ditampilkan sebagai tokoh utama dan pembawa narasi serta BPIP sebagai Lembaga Ideologis bertanggung jawab untuk menghasilkan produk produk yang bersifat ideologi namun hendaknya produk produk tersebut bersifat sederhana, aplikatif dan tidak melupakan nilai nilai luhur keindonesiaan sehingga masyarakat, dan dalam hal ini murid kelas 1,2dan 3 SD terbiasa untuk melakukan hal yang mencerminkan nilai nilai luhur keindonesiaan yang tersarikan dalam Pancasila dalam kehidupan sehari hari mulai dari hal yang paling sederhana hingga cita cita mengenai pembatinan dan pembumian nilai nilai Pancasila dapat terlaksana,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan