JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) sangat penting untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor dan bahkan meningkatkan ekspor.
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi, dilakukan melalui peningkatan Indeks Pertanaman, diarahkan pada pemenuhan sarana produksi yang lengkap untuk mendukung pelaksanaan Good Agricultural Practices (GAP). Hal ini dimulai dari pengolahan lahan, pemilihan benih berkualitas, pemupukan, pengelolaan OPT Terpadu sampai pada panen dan pasca panen, memerlukan kualitas dan kuantitas SDM pertanian yang memadai sebagai pelaku utama dan pelaku pendukung”, ujar Mentan Amran.
Menindaklanjuti hal tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) melalui Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) mengadakan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Penyuluh yang dikemas dalam agenda Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 48 dengan tema UPSUS Peningkatan Produksi Padi dan Jagung yang diadakan selama dua hari pada 05 – 06 Desember 2023 secara virtual di AOR BPPSDMP, Kementan.
Dalam arahannya Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan saat ini 10 negara sudah mengalami krisis pangan akibat dampak covid, climate change dan el nino bahkan negara myanmar vietnam yang merupakan negara produsen menahan beras mereka untuk ekspor untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.
“Solusi yang dilakukan dalam penanganan krisis pangan yaitu genjot produktivitas dan produksi padi jagung, adapun pengungkit produktivitas diantaranya alsintan, asuransi sebanyak 25%, peraturan perundangan 25% dan yang utama sumber daya manusia pertanian sebanyak 25%”, ujar Kabadan Dedi.
Kabadan menjelaskan bahwa peningkatan produktivitas dan produksi pertanian diantaranya sarana prasarana pertanian tersedia seperti pupuk, benih, pestisida, irigasi dan asuransi. Selain itu, petani juga harus mengerti dam memahami informasi teknologi pertanian diantaranya dengan menggunakan varietas tinggi. Yang terpenting pastikan penyuluh pertanian mendampingi petani dalam implementasi teknologi pertanian, tegasnya kembali.
Narasumber Ngobras Yuliarmi dari Direktorat Serelia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menjelaskan rancangan peningkatan produksi padi dan jagung yaitu untuk padi seluas 500rb ha (banpem saprodi) di 10 provinsi, jagung seluas 1 juta Ha melalui bantuan Pemerintah berupa saprodi di 23 provinsi dan oplah rawa seluas 150rb ha di 4 provinsi.
“Target produksi beras tahun 2024 sebesar 32 juta ton sedangkan target produksi jagung tahun 2024 sebesar16,56 juta ton”, jelas Yuliarmi.
Narasumber selanjutnya, Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yudhistira Nugraha menjelaskan bahwa Upaya Khusus (UPSUS) yang dilakukan yaitu luas tambah tanaman produksi, perhitungan peningkatan produksi belum diukur secara keuntungan ekonomi dan dampak dari Emisi Gas Rumah Kaca, degradasi lahan, polusi pestisida, sisa pupuk tercuci, dampak sosial dan paradigma baru UPSUS.
Peluang peningkatan produksi padi dan jagung diantaranya melalui terbukanya peluang peningkatan indeks panen tanpa merusak ekosistem dan potensi peningkatan indeks tanam, jelasnya.
Selain itu, menurut Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pertanian Sumber Daya Lahan Pertanian, Badan Standardisasi Pertanian (BSIP), Rahmawati mengatakan bahwa saat ini terdapat keragaman pola dan jumlah curah hujan. Antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Indonesia terdapat perubahan pola curah hujan di beberapa lokasi di Indonesia. Sehingga dinamika ini pada umumnya tidak terdeteksi oleh penyuluh dan petani. Dengan demikian perlu adanya rujukan yang dapat memandu penyuluh dan petani dalam memulai tanam, ujarnya.
Rahmawati menambahkan diperlukannya sistem informasi kalender tanam terpadu. Yaitu berupa pedoman atau alat bantu yang memberikan Informasi tentang prediksi iklim, waktu tanam, bencana, rekomendasi sarana produksi pertanian, serta pemantauannya berdasarkan kondisi prediksi iklim dan tipologi lahan hingga ke level kecamatan.
Sebagai informasi Pelatihan Peningkatan Kapasitas Penyuluh pada hari kedua, Rabu (06/12/2023) menghadirkan narasumber Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Serelia, Amin Nur yang menjelaskan tentang program peningkatan jagung nasional melalui upaya khusus peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam pada berbagai agroekosistem.
Konsep interaksi dari faktor genetik (G), lingkungan (E) dan manajemen (M) diperlukan untuk analisis respon atau adaptasi jagungterhadap lingkungan. Selain itu diperlukan juga paket teknologi budidaya jagung terstandar yang disinergikan dengan jenis lahan, benih, kultur teknis, dan pengendalian OPT, urai Amin.
Narasumber terakhir dari Balai Besar Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BBPSIP), Suprihanto menjelaskan tentang tantangan bagi ketahanan pangan di Indonesia. Saat ini yang terbesar adalah perubahan iklim dan perkembangan penduduk. Maka untuk pemenuhan kebutuhan beras nasional th 2023 dengan jumlah penduduk lebih kurang 278,8 juta jiwa diperlukan sebesar 35,3 juta ton, ini mengacu tahun lalu, jelasnya.
Sedangkan luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 10,20 juta ha,mengalami penurunan sebanyak 255,79 ribu ha atau 2,45 % dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 10,45 juta hektar.
Suprihanto menambahkan bahwa untuk peningkatan produktivitas padi diperlukan teknologi yang spesifik agroekosistem. Teknologi budidaya padi spesifik agroekosistem telah tersedia dan telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas padi. Selain itu juga telah tersedia VUB padi potensi haasil tinggi dan mempunyai ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotic, tutupnya. (HV/NF)
Komentar