JAKARTA- Maskapai plat merah Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) memproyeksikan jumlah frekuensi penerbangan akan terus tumbuh hingga 32% pada bulan Agustus 2022.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra jumlah frekuensi meningkat khususnya pada rute-rute dengan performa yang positif. Menurut Irfan, meningkatkan frekuensi di beberapa rute ini menjadi langkah operasional yang penting dalam upaya GIAA memaksimalkan kinerja pendapatan.
“Kami proyeksikan kinerja GIAA akan pulih dalam waktu 2-3 tahun mendatang. Namun, melihat outlook kinerja di 2022 ini kami optimis kinerja positif dapat dibukukan secara bertahap,” terangnya pada Kontan belum lama ini.
Lebih lanjut Irfan menjelaskan, semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk melakukan perjalanan dengan memanfaatkan transportasi udara menjadi sinyal positif bagi industri penerbangan, termasuk Garuda Indonesia.
“GIAA saat ini telah menunjukkan peningkatan performa kinerja Garuda Indonesia, di mana tingkat keterisian penumpang sepanjang bulan Juni hingga Juli mencapai 84%,” imbuh Irfan.
Berdasarkan laporan keuangan GIAA yang dipublikasikan pada Sabtu (30/7), pendapatan usaha Garuda Indonesia turun tipis 0,82% dari US$ 353,07 juta menjadi US$ 350,16 juta di kuartal I-2022.
Penurunan pendapatan usaha GIAA ini terjadi karena pendapatan usaha dari penerbangan berjadwal turun 2,74% secara tahunan menjadi US$ 270,58 juta di periode tiga bulan pertama 2022 lalu.
Sementara itu, pendapatan usaha dari penerbangan tidak berjadwal dan pendapatan usaha lainnya justru naik. Di mana, pendapatan usaha Garuda Indonesia dari penerbangan tidak berjadwal menguat 5,71% menjadi US$ 24,08 juta dan pendapatan usaha lainnya terkerek 6,61% ke US$ 55,5 juta di kuartal I-2022.
Sejalan dengan penurunan pendapatan usaha, beban usaha Garuda Indonesia juga terpantau turun, beban usaha GIAA di kuartal I-2022 menjadi US$ 526,34 juta. Jumlah tersebut turun 25,04% dibanding beban usaha perusahaan di kuartal I-2021 yang mencapai US$ 702,18 juta.
Dengan penurunan beban, Garuda Indonesia mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 224,66 juta di kuartal I-2022. Rugi bersih ini turun 41,54% dibanding rugi bersih kuartal I-2021 yang mencapai US$ 384,35 juta.(SW)
Komentar