Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang dipengaruhi oleh dua samudra (Pasifik dan Hindia) serta topografi yang bergunung-gunung di khatulistiwa.

Sehingga, meskipun beberapa wilayah mengalami kekeringan, tetangganya bisa mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi lainnya.

BMKG juga melaporkan beberapa aktivitas fenomena atmosfer regional dan lokal yang mempengaruhi pertumbuhan awan hujan pada pekan awal Agustus.

Fenomena El Nino ini menjadi perhatian serius bagi Indonesia, terutama bagi sektor pertanian yang sangat bergantung pada curah hujan.

Dengan adanya potensi kekeringan, produksi pertanian dapat terganggu, dan ini bisa berdampak pada ketersediaan pangan di negara ini.

Oleh karena itu, pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait perlu bersiap-siap menghadapi potensi kekeringan yang dapat muncul akibat puncak El Nino pada Agustus dan September 2023.

Langkah-langkah mitigasi dan adaptasi harus segera diambil untuk mengurangi dampak buruk dari fenomena ini dan menjaga ketahanan pangan negara.