Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang mengalami stres dapat mengeluarkan 25 hingga 35 suara tinggi per jam, sementara tanaman yang sehat hanya mengeluarkan satu suara per jam.
Ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah suara ini bertindak sebagai sinyal komunikasi antar-tanaman atau dengan organisme lain di sekitarnya.
Menurut Lilach Hadany, seorang ahli biologi evolusioner dari Universitas Tel Aviv, suara tersebut berasal dari mekanisme yang disebut kavitasi di dalam xilem tanaman.
Ketika tanaman mengalami stres, seperti kekurangan air, gelembung udara dapat terbentuk di dalam xilem.
Ketika gelembung ini pecah, mereka menghasilkan suara yang terdengar seperti letupan atau klik.
Namun, walaupun tanaman mampu mengeluarkan suara, suara tersebut tidak bisa didengar oleh telinga manusia tanpa menggunakan alat bantu seperti mikrofon. Hal ini disebabkan oleh frekuensi suara yang terlalu tinggi.
Kemungkinan, suara ini dapat didengar oleh mamalia, serangga, atau bahkan tumbuhan lain, namun perlu penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hal ini.
Tinggalkan Balasan