JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong para petani untuk meningkatkan produktivitas dengan menggunakan varietas unggul, memperluas penggunaan pupuk organik, dan melakukan pemupukan secara berimbang.
Langkah ini penting dilakukan untuk menghasilkan produksi pertanian berkualitas.
Di beberapa kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengajak para petani di seluruh Indonesia untuk meningkatkan penggunaan pupuk sendiri alias pupuk organik. Sebab, jumlah ketersediaan pupuk subsidi yang ada saat ini sangat terbatas.
“Belum lagi bahan baku pupuk seperti gugus fosfat yang sebagian besar dikirim dari Ukraina dan Rusia tersendat karena perang keduanya. Jadi yang tidak dapat pupuk subsidi segeralah menghadirkan pupuk organik,” tutur Mentan Syahrul.
Untuk mengatasi ketersediaan pupuk tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) meluncurkan Genta organik. Gerakan ini mendorong petani untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara mandiri.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa pembuatan pupuk organik sangat mudah, bahkan petani bisa membuatnya sendiri dari kompos dan juga bahan pembenah tanah arang sekam dan tongkol jagung.
“Arang banyak mengandung oksigen yang disukai mikroba dan memegang peranan air sehingga musim kemarau tanah tetap lembab,” jelas Dedi saat menyampaikan arahannnya pada agenda Ngobrol Asyik (Ngobras) volume 50, Selasa (6/12).
Pada kesempatan yang sama, Dedi juga memberikan motivasi kepada penyuluh pertanian agar tetap semangat dalam mengimplementasikan inovasi pertanian organik dilapangan.
Narasumber Ngobras Mulyono Machmur yang merupakan ketua dewan pembina PERHIPTANI mengatakan bahwa dalam memperkenalkan pupuk organik diperlukan waktu agar direspon secara baik dan diimplementasikan oleh petani.
Mulyono mengatakan kilas balik ketika para penyuluh pertanian perkenalkan pupuk kimia kurang lebih 10 tahun yang lalu dengan berbagai program, petani sangat antusias menggunakan pupuk kimia.
“Saat ini tanah mulai lelah menggunakan pupuk kimia, sehingga para ahli pertanian membuat solusi organik, petani akan menerapkan inovasi apabila inovasi tersebut dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan penyuluh pertanian harus pintar mengubah cara pikir petani,” kata Mulyono.
Penyuluh Pertanian Kabupaten Trenggalek, Widodo yang menjadi narasumber kedua memaparkan materinya terkai Smart Gerdana, integrasi sistem pemanfaatan sekam dan tongkol jagung sebagai upaya mewujudkan pertanian sehat. Inovasi dilakukan pada luas lahan pertanian di Kabupaten Trenggalek seluas 12.028 hektar dengan mayoritas budidaya padi dan jagung.
“Keunikan inovasi di antaranya integrasi sistem pemanfaatan biomassa, ekosistem yang terjaga, instalasi alat ramah lingkungan, berkonsep dari alam untuk alam, multiproduk arang dan asap air,” jelas Widodo.
Lebih lanjut Widodo mengatakan implementasi inovasi dan efektivitas Smart Gerdana di antaranya mengurangi tingkat polusi udara hasil pembakaran dan arang aktif bersifat basa sehingga dapat menetralkan PH dan memperbaiki kondisi fisik tanah.
“Asap cair dari proses SMART GERDANA sebagai insektisida nabati untuk penanggulangan ulat, belalang, walang sangit, wereng dan jenis serangga pengganggu,” imbuh Widodo.
Komentar