Amran mengatakan Jambore Penyuluh Pertanian ini bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja dan motivasi serta meningkatkan keterampilan, wawasan dan jiwa diantara para penyuluh pertanian. Dalam rangka mencapai produksi padi setara 35 juta ton beras, salah satunya adalah optimalisasi penyuluh pertanian lapangan, sehingga para penyuluh harus benar-benar dekat dan menjadi pendamping petani yang mampu mengantarkan dan mengawal kebijakan pemerintah dalam pembangunan pertanian sampai tingkat petani, mulai dari penyaluran pupuk, memastikan penggunaan benih yang bermutu, penyaluran sarana dan prasarana produksi yang lain, pemanfaatan asuransi pertanian.

“Oleh karena itu, kami mengajak penyuluh pertanian dan KTNA se Indonesia agar bahu membahu menaikan produksi seperti pada tahun 2017 hingga 2019. Pada saat itu tidak ada impor beras medium dari negara lain. Nah, di tahun 2024 kita targetkan meningkatkan produksi dan tahun 2026 sudah kembali semula, swasembada,” ungkapnya.

“Berikutanya kita ekspor ke berbagai negara. Tapi dengan catatan, ini program harus dilanjutkan. Tidak boleh ganti menteri, program terhenti. Program pertanian modern, bertransformasi dari pertanian tradisional ke modern. Dan ini berhasil kita jalankan. Dulu El Nino 2015, tapi dampaknya tidak seperti kita rasakan saat sekarang,” pinta Amran.