wartanionline.com – Setiap tanggal 16 Oktober, dunia memperingati Hari Pangan Sedunia atau World Food Day, sebuah momentum tahunan untuk meningkatkan kesadaran global akan pentingnya akses terhadap pangan bergizi sebagai hak dasar setiap manusia.

Tahun ini, Hari Pangan Sedunia jatuh pada Kamis (16/10/2025) dan mengusung tema:
“Hand in Hand for Better Foods and a Better Future”
(Bergandengan Tangan untuk Pangan yang Lebih Baik dan Masa Depan yang Lebih Baik).

Lebih dari sekadar perayaan makanan, Hari Pangan Sedunia menjadi pengingat keras bahwa di tengah melimpahnya produksi pangan global, jutaan orang masih hidup dalam kelaparan. Menurut data terbaru FAO, 673 juta orang di dunia masih kekurangan makanan, sementara 900 juta orang dewasa mengalami obesitas. Di saat yang sama, sepertiga makanan global terbuang sia-sia di berbagai tahap produksi hingga konsumsi.

Sejarah Hari Pangan Sedunia: Dimulai dari Krisis Pasca-Perang Dunia

Hari Pangan Sedunia menandai hari berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), lembaga di bawah naungan PBB yang resmi dibentuk pada 16 Oktober 1945 di Quebec, Kanada. Pendirian FAO merupakan respons terhadap krisis pangan global setelah Perang Dunia II, saat banyak negara mengalami kelaparan ekstrem.

Namun, baru pada 1979, ide untuk menjadikan tanggal 16 Oktober sebagai Hari Pangan Sedunia muncul. Usulan tersebut datang dari delegasi Hungaria dalam Konferensi FAO ke-20 di Roma. Sejak disahkan, peringatan ini diperingati secara global oleh lebih dari 150 negara setiap tahunnya.

Tantangan Pangan Global di 2025: Kelimpahan dan Kekurangan yang Berjalan Bersamaan

FAO menyoroti berbagai tantangan besar yang memperburuk ketimpangan pangan dunia, antara lain:

  • Konflik dan perang: Menjadi penyebab utama krisis pangan di 20 negara, dengan lebih dari 140 juta orang mengalami kelaparan akut pada 2024.

  • Perubahan iklim: Mengubah musim tanam, menurunkan hasil panen, dan mengganggu ekosistem laut.

  • Degradasi lahan dan air: Menurunkan produktivitas lahan pertanian dan memicu kelangkaan pangan di banyak wilayah.

Di sisi lain, petani kecil dan nelayan tradisional yang menyumbang sebagian besar produksi pangan global—masih menghadapi keterbatasan akses terhadap teknologi, pasar, dan sumber daya.

Fokus Hari Pangan Sedunia 2025: Kolaborasi untuk Sistem Pangan Berkelanjutan

Melalui tema tahun ini, FAO mendorong semua pihak untuk bekerja sama lintas negara, sektor, dan generasi dalam membangun sistem pangan yang:

  • Lebih berkelanjutan
  • Lebih efisien dalam penggunaan sumber daya
  • Lebih inklusif terhadap kelompok rentan
  • Lebih tangguh terhadap krisis iklim dan ekonomi

“Tindakan yang kita ambil hari ini akan berdampak langsung pada masa depan. Kita harus memproduksi lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit,”
— Qu Dongyu, Direktur Jenderal FAO, dikutip dari laman resmi fao.org, Kamis (16/10/2025).

Bagaimana Dunia Memperingati Hari Pangan Sedunia?

Peringatan Hari Pangan Sedunia dirayakan dengan berbagai kegiatan sosial dan edukatif di seluruh dunia, seperti:

  • Amerika Serikat: Menggelar Iowa Hunger Summit, membahas solusi kelaparan dan inovasi pertanian.

  • Mongolia: Menyelenggarakan konferensi keamanan pangan nasional.

  • Filipina & Pakistan: Membagikan paket makanan untuk keluarga berpenghasilan rendah.

  • Italia: FAO bekerja sama dengan universitas untuk pameran, konser, dan lomba edukatif.

  • Kuba & Siprus: Sekolah-sekolah mengadakan kelas khusus dan acara tematik tentang pangan dan antisipasi limbah.

Selain itu, masyarakat global didorong untuk:

  • Berdonasi ke bank makanan dan lembaga sosial

  • Mengurangi sampah makanan

  • Mendukung produk lokal berkelanjutan

  • Memilih konsumsi yang lebih sehat dan sadar lingkungan

Kesimpulan: Setiap Tindakan Kecil Bernilai Besar

Delapan dekade sejak berdirinya FAO, Hari Pangan Sedunia tetap menjadi pengingat kuat bahwa ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama. Bukan hanya pemerintah atau lembaga besar, tetapi juga setiap individu melalui pilihan dan kebiasaan sehari-hari.

Dari tidak membuang makanan, menghargai kerja petani, hingga memilih pangan sehat dan lokal, semua adalah bentuk kontribusi nyata demi masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.