Ketua MPR Keluhkan Tingginya Subsidi BBM

JAKARTA – Basanya jika pejabat negara mulai keluhkan tingginya subsidi BBM, maka rakyat harus siap-siap harga pertalite dan dexlite akan naik. Ini sudah menjadi tanda-tanda yang biasanya terjadi.

Saat ini memang besaran subsidi BBM di Indonesia tengah menjadi sorotan. Hal ini lantaran dianggap terlalu tinggi dan berdampak langsung bagi keuangan negara. Tak heran pemerintah yang kurang memiliki kreatifitas bagaimana meningkatkan ekspor dan nilai tambah untuk pemasukan negara lebih memilih mengurangi subsidi bbm. Selain juga menaikan pajak.

Kini selain Jokowi dan Sri Mulyani yang bicara soal tingginya subsidi BBM, giliran Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo angkat bicara soal tekanan yang ditimbulkan oleh beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap keuangan negara.

Keluhan Bamsoet itu disampaikannya pada Pidato Sidang Tahunan MPR, di Gedung DPR/MPR, Jakarta hari ini, Selasa (16/8/2022).

Bamsoet mulanya membahas soal kenaikan harga minyak dunia yang bakal melambung tinggi jauh melebihi asumsi dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan APBN tahun 2022. Menurutnya lonjakan harga minyak dunia diperkirakan mencapai US$ 98/barel, jauh di atas asumsi semula yang diperkirakan hanya US$ 63/barel.

Imbas harga minyak dunia itu, lanjut dia, akan memberikan pengaruh besar pada kondisi keuangan negara. Khususnya dalam hal peningkatan subsidi BBM yang harus ditanggung pemerintah.

“Beban subsidi BBM Pertalite-Solar mencapai Rp 502 triliun lebih,” ujar dia.

Bamsoet sendiri cukup memahami jika pemerintah masih menahan harga BBM untuk saat ini. Sebab jika dinaikan harga BBM akan mempengaruhi kenaikan harga-harga bahan pokok sembako. Hal ini selain menimbulkan inflasi akan juga membuat keresahan masyarakat.

Namun, kondisi ini juga dipandang dilematis lantaran beban yang terlalu besar pada APBN bisa membahayakan keuangan negara yang pada akhirnya juga bisa membebani masyarkat.

“Kenaikan harga minyak akan sulitkan kita untuk upayakan tambah subsidi untuk redam tekanan inflasi,” jelas dia.

Kondisi ini jelas jadi sorotan tersendiri. Karena menurutnya, tak ada negara lain di dunia yang mengalokasikan dana sebesar itu untuk subsidi BBM.

“Tak ada negara yang berikan subsidi sebesar itu,” tegas dia.(SW)

Komentar