wartanionline.com – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, secara konsisten menggalakkan program modernisasi pertanian di Indonesia. Ia bahkan menargetkan agar penerapan teknologi pertanian di tanah air dapat menyamai standar negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
“Kita ingin menciptakan petani modern. Bukan tradisional, seperti yang bapak lihat di desa-desa. Kita sejajarkan teknologinya dengan negara maju Amerika,” ujar Mentan.

Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menekankan pentingnya kesiapan SDM dalam menggerakkan sistem pertanian modern.
“SDM pertanian adalah kunci. Kami terus mendorong pelatihan teknologi tepat guna, pelibatan petani milenial, dan penguatan kelembagaan seperti Brigade Pangan,” ujarnya.
“Petani harus mampu mengoperasikan alsintan seperti traktor, transplanter, drone seeder dan sprayer, agar manfaat mekanisasi betul-betul dirasakan dalam produktivitas dan efisiensi.”
Bertemakan “Pertanian Modern: Solusi Inovatif Menuju Kemandirian Pangan”, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa sukses menggelar Seminar Internasional pada Sabtu 26 Juli 2025 di Aula Syekh Yusuf Polbangtan Gowa.
Direktur Polbangtan Gowa Detia Tri Yunandar mengungkapkan alasan pemilihan tema modernisasi pertanian. Hal tersebut menurutnya merupakan kunci sukses produksi pertanian berkelanjutan, efisiensi, peningkatan produktifitas dan kualitas hasil produk.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa seminar itu pula, menjadi sarana efektif untuk mendiskusikan strategi dan teknik pertanian.
“Saya berharap dapat juga menguatkan kerjasama dengan berbagai stakeholder baik nasional maupun internasional”, katanya.
Dihadiri ratusan partisipan dari berbagai stakeholder dan akademisi secara hybrid, seminar tersebut menjadi wadah penting mempertemukan dunia akademik, industri, dan masyarakat dalam satu forum ilmiah.
“Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis Ketujuh Polbangtan Gowa untuk ajang sharing pengetahuan, ide dan inovasi bidang pertanian serta peternakan”, ujar Direktur Polbangtan Gowa Detia.
Bertemakan modernisasi pertanian, seminar menghadirkan empat narasumber dari berbagai institusi internasional dan nasional, seperti Danang Budi Santoso (Atase Pertanian Indonesia in Washington DC), Agnes Rampisela, (Akademisi Universitas Hasanuddin), Ohashi Koichi, (Kepala Konsulat Jepang di Makassar) serta Shintani Naoyuki dari Japan International Cooperation Agency (JICA).
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdiktan) Kementerian Pertanian (Kementan), Muhammad Amin, yang berkesempatan hadir secara offline menyampaikan keyakinannya bahwa forum seminar bukan sekadar ajang kegiatan akademik, namun juga menjadi titik temu antar pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan global di sektor pangan.
“Saya meyakini bahwa seminar ini menjadi titik temu yang penting antara dunia akademik, industri, dan masyarakat. Melalui diskusi ilmiah dan pertukaran best practice dari berbagai negara, kita bisa saling belajar dan menggali solusi inovatif yang dapat diterapkan sesuai konteks masing-masing wilayah,” ungkapnya.
Amin juga menegaskan peran sentral akademisi dalam menghasilkan pengetahuan yang aplikatif. Menurutnya, hasil riset perlu disinergikan dengan kebijakan publik dan kebutuhan lapangan agar memberi dampak nyata bagi pembangunan sektor pertanian.
“Oleh karena itu, forum ini juga menjadi media untuk mengintegrasikan sains, kebijakan, dan praktik,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh peserta seminar untuk menjadikan momentum ini sebagai langkah konkret membangun jejaring internasional yang berkelanjutan. Kolaborasi global, tegasnya, menjadi kunci dalam menjawab tantangan bersama seperti krisis iklim, fluktuasi harga pangan, dan penurunan produktivitas lahan.
Seminar ini membahas berbagai konsep penting seperti pembentukan kawasan pertanian modern, kewirausahaan, proses bisnis sektor pertanian dan peternakan, serta penguatan peran petani milenial sebagai garda terdepan dalam menjaga Brigade Pangan Nasional.
Dalam konteks global, krisis pangan menjadi isu strategis yang turut dibahas. Sejumlah negara penghasil pangan telah mengambil langkah pengamanan cadangan pangan domestik demi menjamin ketersediaan nasional.
“Pangan adalah kebutuhan dasar utama yang menjadi hak setiap manusia, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 maupun Deklarasi Roma 1996. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya dapat berujung pada instabilitas ekonomi, sosial, bahkan politik,” jelasnya.
Amin menyoroti empat pilar utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, aksesibilitas, utilisasi (keragaman dan pemanfaatan), serta stabilitas. Pemerintah Indonesia, lanjutnya, terus mengupayakan strategi seperti optimalisasi lahan, cetak sawah, dan pompanisasi untuk menjaga kecukupan pangan di tengah ancaman perubahan iklim dan alih fungsi lahan.
Mengakhiri sambutannya, Amin menyerukan penguatan komitmen lintas negara dan lintas sektor dalam membangun masa depan pangan yang mandiri dan berkelanjutan.
“Mari kita jadikan seminar internasional ini sebagai titik awal penguatan komitmen bersama dalam membangun masa depan pangan yang mandiri dan berkelanjutan. Selamat berdiskusi, semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi setiap ikhtiar kita,” tutupnya.
Melalui forum ini, diharapkan hasil riset dari para akademisi tidak hanya menjadi dokumen ilmiah semata, namun juga dapat diterapkan secara nyata melalui sinergi dengan kebijakan dan kebutuhan di tingkat akar rumput.
Setelah sesi diskusi ilmiah, seminar juga menjadi ajang penghargaan bagi mahasiswa kreatif pertanian dan peternakan melalui lomba inovasi produk. Di akhir acara, panitia mengumumkan para pemenang lomba inovasi produk pertanian dan peternakan dengan total hadiah sebesar Rp15 juta.
Seminar internasional juga makin semarak dengan adanya pameran yang menampilkan alat mesin pertanian modern, dron pertanian serta berbagai inovasi produk pertanian dan peternakan dari mahasiswa Polbangtan, program YESS serta Dharmawanita persatuan Polbangtan Gowa.
Comment