Selain itu, menurut Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pertanian Sumber Daya Lahan Pertanian, Badan Standardisasi Pertanian (BSIP), Rahmawati mengatakan bahwa saat ini terdapat keragaman pola dan jumlah curah hujan. Antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Indonesia terdapat perubahan pola curah hujan di beberapa lokasi di Indonesia. Sehingga dinamika ini pada umumnya tidak terdeteksi oleh penyuluh dan petani. Dengan demikian perlu adanya rujukan yang dapat memandu penyuluh dan petani dalam memulai tanam, ujarnya.

Rahmawati menambahkan diperlukannya sistem informasi kalender tanam terpadu. Yaitu berupa pedoman atau alat bantu yang memberikan Informasi tentang prediksi iklim, waktu tanam, bencana, rekomendasi sarana produksi pertanian, serta pemantauannya berdasarkan kondisi prediksi iklim dan tipologi lahan hingga ke level kecamatan.

Sebagai informasi Pelatihan Peningkatan Kapasitas Penyuluh pada hari kedua, Rabu (06/12/2023) menghadirkan narasumber Kepala Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Serelia, Amin Nur yang menjelaskan tentang program peningkatan jagung nasional melalui upaya khusus peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam pada berbagai agroekosistem.
Konsep interaksi dari faktor genetik (G), lingkungan (E) dan manajemen (M) diperlukan untuk analisis respon atau adaptasi jagungterhadap lingkungan. Selain itu diperlukan juga paket teknologi budidaya jagung terstandar yang disinergikan dengan jenis lahan, benih, kultur teknis, dan pengendalian OPT, urai Amin.