Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim menuju pertanian yang ramah lingkungan. Pertanian Cerdas Iklim (PCI) atau Climate Smart Agriculture (CSA) merupakan salah satu upaya yang tengah dilakukan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) melalui program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan tujuan dari pembangunan pertanian diantaranya peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, meningkatkan intensitas pertanaman, serta berbudi daya yang ramah lingkungan dengan tujuan akhir menyejahterakan masyarakat. “Perubahan iklim dan cuaca ekstrem akan berdampak tidak linier, tidak bisa diprediksi dan tak berkelanjutan”, ujar Mentan Syahrul.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan jika program SIMURP memberikan banyak manfaat untuk petani dan penyuluh. SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani. Khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar dalam menghadapi perubahkan iklim. Termasuk bagaimana cara mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman”, ujar Kabadan Dedi.
Selain itu, kunci keberhasilan SIMURP adalah kerjasama dan sinergitas dari seluruh pelaku proyek dari pemerintah pusat sampai pemerintah daerah. Karena kalau salah satunya tidak ada kerjasama yang baik maka program SIMURP akan sia-sia, tegas Dedi.
“Program SIMURP diharapkan tetap fokus pada kegiatan pertanian ramah lingkungan dengan memaksimalkan kegiatan penyuluhan pertanian”, tegas Kabadan lagi.
SIMURP merupakan proyek yang bersumber dari Loan Agreement antar Pemerintah Indonesia dengan World Bank (WB) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) yang tujuan utama proyek, yaitu peningkatan pelayanan irigasi dan penguatan akuntabilitas pengelolaan skema irigasi.
Untuk melihat penerapan kegiatan SIMURP di lapangan, Tim WB melakukan kunjungan kerja ke lokasi domplot CSA di Binong, Desa Karangsari, Subang, Jawa Barat, Sabtu (18/03/2023). Maksud kedatangan Tim WB datang ke lokasi program SIMURP ingin mengetahui secara langsung hasil kegiatan SIMURP.
Direktur Global World Bank untuk Pangan dan Pertanian, Marten Van Nieukoop mengatakan petani di Subang saat ini telah menerapkan teknologi dalam mendukung pertaniannya. Mulai dari AWD, penggunaan varietas unggul, tahan terhadap serangan OPT, serta penggunaan pupuk berimbang, sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Program SIMURP sudah ada dibeberapa lokasi yang ditentukan 4 Kementerian/Lembaga. Kita telah memberikan arahan dan koordinasi agar mereka dapat menggunakan dana APBD melalui Provinsi ataupun Kabupaten atau bahkan secara swadaya untuk lokasi replikasinya di daerah yang di danai secara langsung,” ujar Maten.
Sementara Petani asal Subang, Kawi, mengungkapkan bahwa manfaat SIMURP sangat banyak sekali. Diantaranya bagaimana mengetahui tentang cara bertanam yang baik dan benar, waktu yang tepat untuk penyemprotan hama dan jenisnya juga jenis insektisida yang cocok untuk hama tertentu.
“Program SIMURP sangat bagus bagi petani, lebih membuka wawasan petani tentang bertanam. Setelah menerapkan program ini, produktivitas cukup meningkat, jumlah air banyak, sehingga pertanian disini berjalan sangat baik.
Kawi juga berharap program SIMURP ini dapat diaplikasikan di daerah lain juga, tidak hanya daerah tertentu, karena terbukti dari program ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). (DN/NF)
Komentar