Berdasarkan laporan keuangan GIAA yang dipublikasikan pada Sabtu (30/7), pendapatan usaha Garuda Indonesia turun tipis 0,82% dari US$ 353,07 juta menjadi US$ 350,16 juta di kuartal I-2022.

Penurunan pendapatan usaha GIAA ini terjadi karena pendapatan usaha dari penerbangan berjadwal turun 2,74% secara tahunan menjadi US$ 270,58 juta di periode tiga bulan pertama 2022 lalu.

Sementara itu, pendapatan usaha dari penerbangan tidak berjadwal dan pendapatan usaha lainnya justru naik. Di mana, pendapatan usaha Garuda Indonesia dari penerbangan tidak berjadwal menguat 5,71% menjadi US$ 24,08 juta dan pendapatan usaha lainnya terkerek 6,61% ke US$ 55,5 juta di kuartal I-2022.

Sejalan dengan penurunan pendapatan usaha, beban usaha Garuda Indonesia juga terpantau turun, beban usaha GIAA di kuartal I-2022 menjadi US$ 526,34 juta. Jumlah tersebut turun 25,04% dibanding beban usaha perusahaan di kuartal I-2021 yang mencapai US$ 702,18 juta.

Dengan penurunan beban, Garuda Indonesia mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 224,66 juta di kuartal I-2022. Rugi bersih ini turun 41,54% dibanding rugi bersih kuartal I-2021 yang mencapai US$ 384,35 juta.(SW)