wartanionline.com, Halmahera Barat – Laut membisikkan kisah leluhur, gunung berdiri gagah menjaga bentang tanah, dan sungai mengalirkan kedamaian. Semua itu hadir dalam satu perjalanan: Festival Teluk Jailolo 2025, yang digelar pada 27–31 Mei di Halmahera Barat, Maluku Utara. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) turun langsung mendukung kegiatan ini, sembari mengajak pelaku industri pariwisata dan media menjelajahi surga tersembunyi di timur Indonesia.
Menjelajah Talaga: Damai dalam Susur Sungai
Festival ini membuka petualangan di Desa Talaga, Kecamatan Ibu Selatan—tempat di mana alam berbicara melalui suara riak air dan desir angin. Para peserta famtrip menyusuri sungai berair jernih, menemukan pasir timbul yang memesona, dan masuk ke hutan mangrove yang membentang seperti lorong alami. Burung nuri berkicau, daun mangrove bergoyang, dan perahu melaju perlahan dalam sunyi yang menyentuh batin.
Ini bukan sekadar wisata, melainkan pengalaman yang membelai kesadaran akan tenangnya hidup berdampingan dengan alam.
Mendaki Gamkonora: Menantang Langit, Menyatu dengan Bumi
Dari air ke daratan tinggi, Festival Teluk Jailolo menyuntikkan adrenalin lewat Ekspedisi Gunung Api Gamkonora. Sebanyak 50 pendaki menantang diri menaklukkan ketinggian 1.635 meter di atas permukaan laut. Di bawah langit biru dan awan tipis yang menggantung manis, para pendaki melangkah pasti melewati jalur yang membelah kehijauan Halmahera Barat.
Gunung Gamkonora bukan hanya lanskap, melainkan simbol ketangguhan dan semangat hidup masyarakat Halmahera. Di puncaknya, setiap nafas dan peluh menyatu dalam rasa syukur dan kekaguman.
Orom Sasadu: Ketika Tradisi Menyatukan
Budaya tak pernah tertinggal. Di Desa Galala, masyarakat Suku Sahu menghidupkan kembali ritual sakral Orom Sasadu. Dalam rumah adat Sasadu—yang menjadi jantung kehidupan sosial mereka—warga berkumpul, memasak bersama, dan merayakan hasil panen.
“Orom” berarti makan bersama, dan “Sasadu” adalah rumah adat tempat semua bermula. Ritual ini menyampaikan syukur kepada alam, leluhur, dan Tuhan, dengan harapan hasil panen berikutnya semakin berlimpah.
Di sela prosesi, aroma ikan fufu—ikan asap khas Halmahera—menyelimuti udara pagi. Sepasang suami istri mengolahnya dengan cinta, membolak-balik ikan di atas bara kelapa dengan penuh kehati-hatian. Setiap helai asap membawa cerita, tentang ketekunan, rasa syukur, dan warisan kuliner yang terus hidup.
Lebih dari Sekadar Festival
Kemenparekraf menggunakan momentum ini untuk mendorong promosi wisata berkelanjutan yang mengangkat kekuatan lokal—baik dari sisi budaya, alam, maupun kreativitas warganya. Festival Teluk Jailolo 2025 bukan hanya ajang hiburan, tapi panggung strategis untuk memperkenalkan Halmahera Barat ke mata dunia.
“Ini bukan akhir, tapi awal bagi destinasi wisata Halmahera Barat untuk naik kelas,” begitu pesan yang ingin disampaikan lewat festival yang menyatukan air, tanah, dan jiwa Indonesia timur ini.
Comment