Genta Organik, Solusi Pupuk Mahal Tingkatkan Produktivitas

SERPONG – Sektor pertanian saat ini menjadi satu sektor yang sangat menguntungkan bagi semua orang. Apalagi berbagai data mengatakan bahwa sektor ini merupakan sektor yang paling kuat dan tumbuh tinggi ditengah goncangan turbulensi pandemi yang belum kunjung usai.

Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong para petani untuk meningkatkan produktivitas. Di antaranya menggunakan varietas unggul, memperluas penggunaan pupuk organik dan melakukan pemupukan secara berimbang. Langkah ini penting dilakukan untuk menghasilkan produksi pertanian berkualitas.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan bahwa pertanian adalah sektor kunci yang bisa memperkuat ekonomi. Karena itu, diperlukan pendekatan baru dalam meningkatkan produktivitas. Caranya adalah memperkuat networking dan mengembangkan pupuk organik sebagai penyubur tanaman.

“Untuk mengantisipasi dan beradaptasi kita perlu 3 hal. Pertama memperkuat pendidikan, teori dan pertemuan seperti ini untuk membangun networking. Kedua kita bangun agenda dan manajemen sistem sebagai sebuah ilmu yang akan kita terapkan. Dan Ketiga merubah mindset dari para pelaku pertanian untuk berubah dengan kondisi yang ada. Salah satunya mengembangkan pupuk organik,” ujar SYL beberapa waktu lalu.

Mengatasi langka serta mahalnya harga pupuk di pasaran, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) pun tak hentinya mengajak par petani di seluruh Indonesia untuk meningkatkan penggunaan pupuk sendiri alias pupuk organik. Menurutnya, pupuk organik sangat dibutuhkan, selain karena pupuk subsidi yang ada saat ini jumlahnya sangat terbatas.

Pada Millenial Agricultural Forum (MAF) Goes To Campus edisi ke 45 yang digelar di Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI) Serpong dengan tema “Gerakan Tani Pro Organik, Solusi Pupuk Mahal”, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menekankan pentingnya peran pupuk dalam sektor pertanian (26/11).

Menurut Dedi, pemupukan adalah komponen utama pada sebuah tanaman. Karena itu diperlukan keberimbangan baik urea maupun dengan proses perawatan. Salah satunya mengatur aliran air. Air sangat diperlukan pada sawah yang baru proses tanam. Namun pengairan tidak boleh berlebih karena dapat merusak akar tanaman.

“Air adalah infiltrasi. Dan air harus kita jadikan anugrah. Dengan kita belokan airnya ke lahan pertanian untuk irigasi makan dengan sendirinya ia akan menghasilkan karbohidrat dalam bentuk beras. Disitulah pentingnya kita membuat sumur resapan sebanyak banyaknya. Yang pasti, pemupukan harus benar dan di imbangi dengan pupuk organik, kalau di lahan miring imbangi dengan guludan agar erosi tidak banyak,” kata Dedi.

Dedi Nursyamsi menambahkan, dampak perubahan iklim, pandemi covid-19, dan perang Rusia dan Ukraina tak hanya membuat harga pangan mahal di tingkat global. Namun, juga membuat sarana prasarana pertanian, utamanya pupuk menjadi mahal.

“Pupuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas 15-75 persen, sehingga mana kala ada kenaikan harga pupuk saat ini signifikan tentu ini akan memukul secara telak para petani kita, dan praktisi pertanian kita,” kata Dedi.

Melalui Gerakan Tani Pro Organik (Genta Organik), Kementan mendorong para petani memanfaatkan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal secara mandiri.

“Genta organik tidak berarti mengharamkan penggunaan pupuk anorganik. Boleh menggunakan pupuk kimia, tapi dengan ketentuan tidak berlebihan atau mengikuti konsep pemupukan berimbang,” ucap Dedi dihadapan lebi dari 800 peserta MAF yang tergabung baik secara offline dan online.

Pada kesempatan yang sama Didiek Hadjar Goenadi yang merupakan Profesor Riset cum Inventor Bidang Kesuburan dan Biologi Tanah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Unit Bogor, PT Riset Perkebunan Nusantara serta Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII) mengatakan bahwa petani adalah ahli surga.

“Petani adalah ahli surga. Mengapa tidak?, pada kenyataannya petani merupakan pahlawan pangan yang selalu berjuang untuk menyediakan pangan bagi seluruh manusia yang ada di dunia.

Untuk mendukung produktivitas pertanian, berbagai teknologi telah dikembangkan dengan berbasis organo-hayati untuk mencapai tingkat kesehatan tanah yang produktif dalam mendukung sistem pertanian yang berkelanjutan, khususnya dalam menghemat penggunaan pupuk kimia”, jelasnya.

Komentar