Bogor – Kementerian Pertanian terus meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia Pertanian (SDM Pertanian) seperti widyaiswara,guru, dosen bahkan petani melalui berbagai pelatihan. Inilah bentuk optimisme sektor pertanian menghadapi ancaman krisis global.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk memajukan pertanian dibutuhkan kemauan yang kuat dengan tidak mengandalkan anggaran. “Dalam hal ini, perlu diterapkan mind setting agenda dan agenda intelektual. Hasil segala upaya ini harus diteruskan kepada para penyuluh, petani dan pemangku kepentingan lainnya,” ujarnya.
Begitupun upaya peningkatan produksi dan produktivitas melalui peningkatan efisiensi dengan penerapan smart farming dan integrated farming ataupun ekstensifikasi pada program food estate dan urban farming memerlukan kualitas dan kuantitas SDM pertanian yang memadai sebagai pelaku utama dan pelaku pendukung.
Hal ini tentunya menuntut peningkatan kinerja penyuluhan, pendidikan, dan pelatihan pertanian sebagai fungsi peningakatan kualitas dan kuantitas SDM pertanian. “Para widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian, serta insan pertanian lainnya harus terus meng- upgrade wawasan, kapasitas dan kemampuan melalui berbagai pelatihan, seminar, magang dan lainnya sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan dunia pertanian, terutama terkait teknologi untuk beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim, ” tukasnya.
Bahkan, Hasil dari berbagai kegiatan capacity building harus diteruskan kepada para penyuluh, petani dan pemangku kepentingan lainnya.
Salah satu model pengembangan kapasitas SDM Pertanian yang terus dilakukan simultan oleh Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian adalah Training of Trainer (TOT) untuk Widyaiswara, Dosen, Guru dan Penyuluh.
Terbaru adalah ToT Genta Organik, Pelatihan Smart Farming dan Integrated Farming bagi Penyuluh yang digelar simultan 08-10 Desember ini dan diikuti oleh seluruh SDM Pertanian di Tanah Air.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Prof Dedi Nursyamsi mengatakan pelatihan ini menjadi sarana peningkatan kompetensi teknis dari SDM Pertanian khususnya program Genta Organik, pemanfaatan smart farming serta implementasi integrated farming berbasis jagung untuk selanjutnya diterapkan dalam pendampingan petani dan pelaku agribisnis lainnya.
“Kita harus memiliki sense of crisis (kesadaran akan krisis) dengan segala resiko yang di depan mata. Dan resiko yang paling dasyat dampaknya adalah kekurangan dan kelangkaan pangan, ” tuturnya.
Maka diperlukan berbagai terobosan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang semakin langka, diantaranya melalui pemakaian pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah serta implementasi pemupukan berimbang. Di sisi lain, Pupuk organik dapat dihasilkan dari integrated farming antara peternakan dan budidaya pertanian
“Karena itu, integrasi pertanian dan peternakan perlu diperkenalkan dan diterapkan lebih luas melalui diseminasi kepada petani. Diseminasi konsep ini dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan pendidikan pertanian. Sebagai tahap awal untuk mencetak SDM pelaku diseminasi,” tuturnya.
Prof Dedi menambahkan, Pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, tanggal 08 – 10 Desember 2022 secara offline di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang, dan Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku dan secara online serentak di UPT Pelatihan dan Pendidikan lingkup BPPSDMP, Kantor Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan melibatkan widyaiswara , dosen, guru dan penyuluh pertanian di seluruh Indonesia.
(Cha)
Komentar